Friday, July 18, 2014

Nikmatnya mengurus segala sesuatu dengan dilandasi kejujuran

Jika tiba masa dimana ada suatu persoalan yang harus diurus/diselesaikan tapi kita tidak percaya diri menampilkan diri kita apa adanya, maka pasti kita menjalankan skenario "berpura-pura".

Contohnya, ada saudara/kerabat yang harus mendapat penanganan di rumah sakit dan biayanya tidak kecil, maka seringkali anggota keluarga atau kerabat yg pembuat keputusan memberikan alasan ke rumah sakit untuk berpikir-pikir dulu, atau beralasan masih menunggu persetujuan dari anggota keluarga lainnya. Masalahnya, alasan diberikan dengan kesan seolah bukan biaya yg menjadi pertimbangan, tapi benar-benar persetujuan soal mau tidaknya, rela tidaknya, mendapat tindakan. Akhirnya penundaan pun terjadi, padahal kondisi pasien bisa jadi bertambah buruk, dan upaya penyelamatan menjadi semakin menipis.

Demikian juga hal ini bisa diterapkan di urusan lain, misalnya urusan pengajuan permohonan ke bank. Biasanya kalau mengajukan permohonan ke bank, kita tidak percaya diri jika nilai tabungan kita tidak besar. Akhirnya ketika diminta pengisian data oleh pihak bank, kita lalu memberikan data ygfiktif. Padahal ada baiknya kita "berkonsultasi" dulu dengan pihak bank (biasanya customer service ataupun bagian khusus yg menangani pengajuan) tentang apa yang kita inginkan, kondisi riil kita saat ini, dan bagaimana keinginan tersebut diupayakan. Seringkali pihak bank malah membantu kita supaya pengisian data bisa "diakali" secara bersama-sama. Terlepas dari masalah kejujuran, seringkali urusan bank itu adalah persoalan berurusan dengan sistem, dan sistem melakukan penilaian berdasarkan input yang diterima. Jadi jika inputnya "diakali" supaya "bagus/baik" maka ada harapan besar outputnya pun sesuai harapan. Tentunya usulan yang saya tuliskan di atas ini, tidak bisa dirampatkan (disama-ratakan) ke semua hal ya, termasuk segala jenis urusan bank, tapi setidaknya bisa dijadikan acuan awal saat berupaya.

Cartoon by Scott Simmerman